Jakarta – Terletak di kawasan Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT) Kabupaten Manggarai Barat, Labuan Bajo kini siap menjadi destinasi wisata populer. Konsep wisata yang berkualitas memberikan pengalaman yang tak terlupakan dan membuat Anda ingin kembali lagi.
Hal itu dikatakan Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Shana Fatina dalam acara BeritaSatu Economic Outlook 2022 bertema “Akselerasi Pembangunan Pariwisata 2022” yang digelar BeritaSatu Media Holdings (BSMH) secara virtual, Selasa (23/11/2021) dilansir beritasatu.com.
“Pariwisata new normal ini sangat membuat berubah arah perjalanan pariwisata kita dengan quality tourism yang mengedepankan empat aspek utama kualitas pariwisata yakni cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keselamatan), and environment sustainbility (kelestarian lingkungan) yang disingkat CHSE,” jelas dia.
Diakui terjadi perubahan sebelum dan setelah pandemi Covid-19 untuk daya tarik wisata, bandara dan penerbangan, preferensi produk, akomodasi serta pelabelan kebersihan.
Setelah pandemi protokol kesehatan diterapkan dengan adanya jaga jarak dan kapasitas atraksi wisata. Untuk preferensi penerbangan perlunya fasilitas sanitasi, waktu transit pendek dan penerbangan langsung.
Sementara untuk preferensi pariwisata perlunya outdoor, self driving dan tur pribadi, akomodasi memenuhi aspek sanitasi dan keamanan tipe vila, resor, dan lainnya. Terakhir pelabelan kebersihan pun diperlukan.
Hal ini merupakan percepatan pemulihan sektor pariwisata Labuan Bajo. Maka BPOLBF terbagi 2 tugas yakni koordinatif dan otoritatif. Untuk koordinatif, pihaknya melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi terhadap perencanaan, pengembangan, pembangunan, dan pengendalian di Kawasan Pariwisata Labuan Bajo Flores (11 kabupaten).
Sementara untuk otoritatif, BPOLBF melakukan perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan dan pengendalian di zona otorita (400 hektare di Hutan Nggorang Bowosie) yang akan menjadi kawasan pariwisata terpadu.
“Labuan Bajo di-rebranding sebagai tempat wisata yang premium yakni konsep wisata yang berkualitas menghasilkan pengalaman yang luar biasa dan membuat kangen. Konsepnya didesain dengan unsur tata ruang, pariwisata dan luxury yang bisa terintegrasi dan menghasilkan pengalaman yang tak terlupakan,” ungkap Shana.
Diakui ada tujuh indikator yang difokuskan Labuan Bajo saat ini yakni pelestarian lingkungan, sumber daya manusia (SDM), manajemen perjalanan, kuliner, kesehatan, keamanan dan keselamatan, infrastruktur dan amenitas, serta aktivitas.
Pascapandemi ini juga dilakukan tujuh strategi utama yakni penanganan pandemi yang paripurna, pembangunan berwawasan lingkungan, perkembangan persiapan tuan rumah pelaksanaan pertemuan KTT G20 dan ASEAN Summit (dikaitkan dengan Bali).
Selanjutnya sosialisasi dan promosi pengembangan produk wisata premium, penerapan aksesibilitas antarpulau dan standar keselamatan transportasi, percepatan pemulihan pariwisata, dan penguatan kapasitas SDM lokal.
“Pembangunan dari pemerintah pusat luar biasa dan akan selesai di tahun 2021 ini untuk menyambut Labuan Bajo yang berwajah baru. Untuk saat ini bila berkunjung ke Labuan Bajo masih harus melalui Jakarta dan Bali dengan protokol kesehatan. Namun tidak menutup kemungkinan bisa ada perubahan lebih baik lagi,” jelasnya.
Saat ini Labuan Bajo menawarkan road to G20 meeting option. Sebagai destinasi MICE yang terdiri dari 11 hotel berbintang dan 2 homestay yang telah tersertifikasi CHSE serta menawarkan pengalaman terbaik meeting on the venue, by the beach, on the boat, dan on the destination.
“Untuk itulah kami melakukan kampanye #RinduLabuanBajo. Selain itu juga kolaborasi dengan media internasional untuk membantu membangun kesadaran di seluruh dunia dan mengamankan travel bubble deals,” pungkasnya.(*/cr2)