Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung, KH Miftah Faridl mengatakan, keberadaan Pondok Pesantren (Ponpes) di Indonesia harus melatih dan mendidik santri berwirausaha. Sebab, dengan berwirausaha maka akan mandiri dalam bidang ekonomi.
Hal itu disampaikan KH Miftah Faridl saat bersilaturrahim ke Pondok Pesantren (Ponpes) Minhaajurrosyiddin, Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (22/10/2021). Kehadirannya, didampingi anggota Bidang Hubungan Antarlembaga DPD Lembaga Dahwah Islam Indonesia (LDII) Kota Bandung, Ucep Himawan dan Asep Permana. Mereka sebelumnya berkunjung ke Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.
Menurut KH Miftah Faridl, problem di kota besar seperti Jakarta salah satunya menyangkut sampah. Karena itulah, ia mengapresiasi Ponpes Minhaajurrosyidiin diadakan pelatihan mengelola sampah. “Tak hanya sampah, menurutnya ada problem lain yang dihadapi umat saat ini. Selain kurang mengerti agama, kemandirian ekonomi umat saat ini juga kurang. Perjuangan umat muslim saat ini, selain menjadikan umat yang saleh, juga mendorong mereka mandiri secara ekonomi. Umat Islam harus mendiri dalam bidang ekonomi,” kata dia.
Karena itu, ia berpendapat bahwa Ponpes harus dapat memberikan jawaban soal kemandirian umat Islam dalam hal ekonomi. “Ada pelatihan dan pendidikan wirausaha di sini, saya mengapresiasi, semoga bisa menjadi bagian dari ibadah pada Allah SWT,” ujarnya.
KH Miftah Faridl menambahkan, harus ada terobosan berupa masyarakat yang diberi keterampilan agar mandiri. Rumusnya harus bisa mandiri, paling tidak mereka tidak mengemis. “Yang saya ketahui LDII termasuk salah satu lembaga keagamaan yang sering mengkampanyekan soal kemandirian umat dalam hal ekonomi dan sering mengadakan pelatihan dan pendidikan soal kemandirian dalam ekonomi,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, KH Muhammad Asy’ari Akbar mengatakan, ponpes juga berkontribusi menjadi solusi umat saat ini. Contohnya permasalahan sampah, Ponpes Minhaajurrosyiddin ini mencoba mengelola sampah, sehingga menjadi zero waste.
Menurutnya, santri di Ponpes tidak hanya diajari ilmu agama, tetapi diberikan soft skill, salah satunya urban farming. Setelah santri keluar dari pondok, selain berdakwah agama mereka juga memiliki kemandirian, bertani dan berkebun misalnya.
“Sangat senang dan terkejut, KH Miftah Faridl juga berpesan agar melanjutkan karya nyata untuk umat. Selain melihat proses pendidikan keagamaan dan prasarana ibadah, beliau juga mengunjungi soft skill kemandirian. Pesan KH Miftah Faridl pada kami, teruslah menjadi ponpes yang rahmatan lil alamin,” ujarnya.
Sementara itu Teddy Suratmadji juga mengapresiasi kunjungan silaturrahim ini. Menurutnya, kunjungan KH Miftah Faridl, mengingatkan dirinya pada masa ketika kuliah di ITB.
Sebagai informasi, KH Miftah Faridl adalah dosen mata kuliah agama Islam di ITB, sementara Teddy Suratmadji dan KH Muhammad Asy’ari Akbar adalah mahasiswanya dulu. (*/cr2)
Sumber: beritasatu.com